RANGKAIAN EKIVALEN THEVENIN
Untuk
memperoleh galvanometer yang memiliki sensitivitas yang sesuai dengan harapan,
kita perlu mengetahui besar arus galvanometer, Ig , yakni arus
galvanometer waktu jembatan berada dalam keadaan tidak setimbang. Hal ini disebabkan
masing-masing galvanometer memiliki sensitivitas arus (perbedaan arus per
satuan defleksi) yang berbeda-beda dan memiliki hambatan dalam yang
berbeda-beda pula. Oleh karenanya tanpa perhitungan tidaklah mungkin menemukan
galvanometer mana yang lebih sensitif, dan mana yang kurang sensitif.
Sensitivitas
galvanometer bias kita hitung dengan cara mengatur rangkaian jembatan berada
dalam keadaan “sedikit” tidak setimbang. Dalam keadaan ini kita dapat
menghitung berapa besar beda potensial yang ada dan berapa hambatan antara
titik-titik di mana galvanometer tersambung, yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung besar arus yang melewati galvanometer. Solusi ini dapat didiekati
dengan mengubah jembatan Wheatstone menjadi rangkaian ekivalen Thevenin.
Oleh karena kita harus menghitung
arus galvanometer maka rangkaian Thevenin harus dibuat dengan melihatnya dari
titik c dan titik d, titik-titik di man galvanometer tersambung
VTH
Ig = ¾¾¾—
RTH + Rg
Langkah-langkah
yang harus kita lakukan untuk membuat rangkaian ekivalen Thevenin adalah
sebagai berikut.
1.
Mencari “Tegangan Ekivalen (VTH)” antara titik c dan
titik d waktu galvanometer dilepas.
2.
Mencari “Hambatan Ekivalen (RTH)” antara titik c dan
titik d dengan mengganti baterai oleh hambatan dalamnya (Rb).
Untuk
mencari Tegangan Ekivalen (VTH) antara titik c dan titik d seperti ditunjukkan
Gambar 1.1a jika galvanometer dilepas, akan kita dapatkan :
Vcd
= Vac – Vad = i1 R1 – i2
R2
Dengan
Vs
Vs
i1 = ————
i2 = ————
R1 + R3 R2 + R4
Sehingga diperoleh ;
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif)
Vcd = Vs ————
- ————
R1 + R3 R2 + R4
Vcd inilah yang disebut
dengan “Tegangan Thevenin”
Untuk mendapatkan hambatan dari
rangkaian Thevenin, kita peroleh dengan melihat kembali ke titik c dan titik d
serta mengganti baterai dengan hambatan dalamnya, Rb, seperti
ditunjukkan Gambar 1.1b. Dalam banyak hal, hambatan dalam baterai sangatlah
kecil sehingga dapat kita abaikan. Dengan demikian harga Rb = 0Ω dan
titik-titik a dan b (Gambar 1.1b) menjadi terhubung singkat sehingga kita bisa
menghitung hambatan ekivalen Theveninnya antara titik c dan titik d yang
dinyatakan :
R1 R3 R2 R4
RTH = ———— + ————
R1 + R3 R2 + R4
Contoh :
1.
Diketahui : Vs = 6V
R1 = 10Ω
R2 = 20Ω
R3 = 30Ω
R4 = 40Ω
Ditanya :
VTH , RTH ….?
Jawab :
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif)
Vcd = Vs ————
- ————
R1 +
R3 R2 +
R4
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif)
10 20
= 6
———— - ————
10 +
30 20 + 40
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif)
= 6
— - —
4
3
1
= 6 —
12
= - 0.5
R1 R3 R2 R4 10 ´
30 20 ´ 40
RTH = ———— + ———— = ———— + ————
R1 + R3 R2 + R4
10 + 30 20+40
300 800
= —— + ——
40 60
30 80
=
— + —
4
6
180 + 320
= ————
24
500
= ——
24
20
= 20 ——
24
5
= 20 —
6
TEORI THEVENIN
Pada teorema ini
berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya
terdiri dari sebuah sumber tegangan yang seri dengan sebuah impedansi
ekivalennya pada dua terminal yang diamati, dimana rangkaian ini disebut
sebagai rangkaian ekivalen thevenin.
Tujuan sebenarnya dari teori ini adalah untuk
menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang
berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu impedansi
ekivalennya.
Cara memperoleh resistansi/impedansi pengganti
(Rth/Zth) adalah impedansi masuk dilihat dari ujung-ujung AB dimana semua
sumber tegangan/sumber arus dimatikan atau dinon aktifkan (yaitu untuk sumber
tegangan digantikan dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus
digantikan dengan rangkaian open circuit).
Langkah-langkah
penyelesaian dengan teori Thevenin
- Cari dan tentukan titik terminal A-B dimana parameter yang ditanyakan.
- Lepaskan komponen pada titik A-B tersebut, open circuit kan pada terminal A-B kemudian hitung nilai tegangan dititik A-B tersebut (VAB = Vth).
- Tentukan nilai tahanan diukur pada titik A-B tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan diganti dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus diganti dengan rangkaian open circuit) (RAB = Rth).
- Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
Teorema Thevenin
Teorema Thevenin menyatakan bahwa adalah mungkin untuk menyederhanakan
setiap rangkaian linier, tidak peduli bagaimana kompleks, untuk rangkaian
ekivalen hanya dengan sumber tegangan tunggal dan resistansi seri yang
terhubung ke beban.
Kualifikasi
"linear" adalah identik dengan yang ditemukan pada Teorema
Superposisi, di mana semua persamaan yang mendasari harus linier (tidak ada
eksponen atau akar). Jika kita sedang berhadapan dengan komponen pasif (seperti
resistor, dan kemudian, induktor dan kapasitor), ini benar.
Namun,
ada beberapa komponen (terutama gas discharge tertentu dan komponen semikonduktor)
yang nonlinier: yaitu, penentangan mereka terhadap perubahan arus dengan
tegangan dan / atau saat ini. Dengan demikian, kita sebut sirkuit mengandung
jenis komponen, sirkuit nonlinier.
Teorema Thevenin ini sangat berguna dalam
menganalisis sistem tenaga dan sirkuit lainnya di mana satu resistor tertentu
di sirkuit (disebut "beban" resistor) dapat berubah, dan perhitungan
ulang dari rangkaian tersebut adalah diperlukan dengan setiap nilai percobaan
resistensi beban, untuk menentukan tegangan dan arus yang melalui itu.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif)
Misalkan
memutuskan untuk menunjuk R 2 sebagai resistor "beban" di
sirkuit ini. Kita sudah memiliki empat metode analisis yang kita miliki (Cabang
Lancar, Mesh Lancar, Teorema Millman, dan Superposisi Teorema) untuk digunakan
dalam menentukan tegangan di R 2 dan arus melalui R 2,
tetapi masing-masing metode ini adalah memakan waktu.
Bayangkan
mengulangi salah satu metode lagi dan lagi untuk menemukan apa yang akan
terjadi jika resistansi beban berubah (mengubah resistansi beban sangat
umum dalam sistem tenaga, karena beban ganda bisa dinyalakan dan dimatikan
sesuai kebutuhan. Perlawanan total koneksi paralel mereka berubah tergantung
berapa banyak yang terhubung pada satu waktu
Teorema
Thevenin membuat ini mudah oleh sementara menghilangkan resistansi beban dari
sirkuit yang asli dan mengurangi apa yang tersisa untuk rangkaian ekivalen
terdiri dari sumber tegangan tunggal dan resistansi seri. Hambatan beban
kemudian dapat kembali terhubung ke "sirkuit Thevenin setara" dan
perhitungan yang dilakukan seolah-olah seluruh jaringan tidak lain adalah
rangkaian seri sederhana:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif)
Setelah
konversi Thevenin
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif)
The
"Sirkuit Thevenin Setara" adalah setara listrik dari B 1,
R 1, R 3, dan B 2 sebagai dilihat dari dua
titik di mana beban resistor kita (R 2) menghubungkan.
Rangkaian
Thevenin setara, jika benar diturunkan, akan berperilaku sama persis dengan
sirkuit yang asli dibentuk oleh B 1, R 1, R 3,
dan B 2. Dengan kata lain, tegangan beban resistor (R 2)
dan saat ini harus persis sama untuk nilai yang sama dari resistansi beban di
kedua sirkuit.
Resistor
beban R 2 tidak dapat "membedakan" antara jaringan asli
dari B 1, R 1, R 3, dan B 2, dan
rangkaian setara Thevenin E Thevenin, dan R Thevenin,
asalkan nilai-nilai untuk E Thevenin dan Thevenin R telah
dihitung dengan benar.
Keuntungan dalam melakukan "konversi
Thevenin" ke sirkuit sederhana, tentu saja, adalah membuat tegangan beban
dan arus beban jauh lebih mudah untuk memecahkan daripada di jaringan asli.
Menghitung sumber tegangan Thevenin setara dan resistansi seri sebenarnya cukup
mudah. Pertama, resistor beban yang dipilih akan dihapus dari sirkuit asli,
diganti dengan istirahat (rangkaian terbuka):
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif)
Selanjutnya, tegangan antara dua titik di mana
resistor beban yang digunakan harus terpasang ditentukan. Gunakan apa pun
metode analisis siap membantu Anda untuk melakukan ini.
Dalam hal ini, sirkuit yang asli dengan
resistor beban dihilangkan tidak lebih dari rangkaian seri sederhana dengan
lawan baterai, sehingga kita dapat menentukan tegangan di terminal beban
terbuka dengan menerapkan aturan rangkaian seri, Hukum Ohm, dan Tegangan
Kirchhoff Hukum:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image013.gif)
Tegangan antara
dua titik beban koneksi dapat menemukan dari salah satu tegangan baterai dan
satu tetes tegangan resistor, dan keluar menjadi 11,2 volt. Hal ini kami
"Thevenin tegangan" (E Thevenin)
pada sirkuit setara:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image015.jpg)
Untuk menemukan resistansi seri Thevenin untuk
rangkaian setara kita, kita perlu mengambil sirkuit yang asli (dengan resistor
beban masih dihapus), menghapus sumber daya (dalam gaya yang sama seperti yang kita lakukan
dengan Teorema Superposisi: sumber tegangan diganti dengan kabel dan saat ini
sumber diganti dengan istirahat), dan mencari perlawanan dari satu terminal
beban untuk yang lain:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image017.jpg)
Dengan
penghapusan dua baterai, total perlawanan diukur pada lokasi ini adalah sama
dengan R 1 dan R 3 secara paralel: 0,8 Ω. Hal ini kami
"Thevenin perlawanan" (R Thevenin) untuk rangkaian setara:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image018.gif)
Dengan resistor beban (2 Ω) terpasang di antara
titik koneksi, kita dapat menentukan tegangan dan arus yang melalui itu
seolah-olah seluruh jaringan tidak lebih dari rangkaian seri sederhana:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image019.gif)
Perhatikan
bahwa angka tegangan dan arus untuk R 2 (8 volt, 4 amp) adalah
identik dengan yang ditemukan menggunakan metode lain untuk analisis. Juga
perhatikan bahwa angka tegangan dan arus untuk resistansi seri Thevenin
Thevenin dan sumber (total) tidak berlaku untuk komponen di sirkuit,
asli kompleks. Thevenin's. Teorema Thevenin
hanya berguna untuk menentukan apa yang terjadi pada resistor tunggal
dalam jaringan: beban.
Keuntungannya,
tentu saja, adalah bahwa Anda dapat dengan cepat menentukan apa yang akan
terjadi dengan resistor tunggal jika ia dari nilai selain 2 Ω tanpa harus
melalui banyak analisis lagi. Anda cukup memasukkan nilai yang lain untuk
resistor beban ke rangkaian setara Thevenin dan sedikit perhitungan rangkaian
seri akan memberikan hasilnya.
TINJAUAN :
- Teorema Thevenin adalah cara untuk mengurangi jaringan untuk rangkaian ekivalen terdiri dari sumber tegangan tunggal, resistansi seri, dan beban seri.
- Langkah-langkah untuk mengikuti untuk Teorema Thevenin:
Þ
(1) Cari sumber tegangan Thevenin dengan
menghilangkan resistor beban dari sirkuit yang asli dan menghitung tegangan
pada titik sambungan terbuka di mana resistor beban dulu.
Þ
(2) Carilah resistansi Thevenin dengan menghapus
semua sumber daya di sirkuit asli (sumber tegangan sumber korsleting dan saat
ini terbuka) dan menghitung resistansi total antara titik-titik sambungan
terbuka.
Þ
(3) Gambarkan rangkaian ekivalen Thevenin,
dengan sumber tegangan Thevenin secara seri dengan hambatan Thevenin. Resistor
beban kembali menempel antara dua titik terbuka dari rangkaian ekuivalen.
Þ
(4) Menganalisis tegangan dan arus untuk
resistor beban mengikuti aturan untuk sirkuit seri.
Teorema Thevenin menyatakan bahwa dimungkinkan
untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang linier, seberapa rumit sekalipun
rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian ekivalen yang berisi sumber tunggal
yang disusun seri dengan sebuah beban (resistor). Kata-kata linier adalah
identik dengan yang ditemukan pada teorema superposisi, dimana semua persamaan
dasarnya harus linier (tidak ada bentuk eksponen atau akar). Bila kita
menjumpai rangkaian pasif (seperti resistor, induktor, dan kapasitor), teorema
ini bisa dipakai. Namun, ada beberapa komponen seperti komponen semikonduktor
adalah tidak linier.
Teorema Thevenin ini berguna untuk menganalisa
sistem daya dan rangkaian lainnya dimana terdapat satu resistor pada rangkaian
tersebut (biasa disebut resistor beban) yang dijadikan subjek perubahan,
sehingga apabila nilai resistor beban itu diubah-ubah, kita tidak perlu
susah-susah menganalisa rangkaian secara menyeluruh.
Perhatikan
gambar rangkaian berikut ini:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image021.jpg)
Teorema
Thevenin membuat masalah ini menjadi sederhana yaitu dengan “membuang”
resistansi beban ini dari rangkaian aslinya dan mereduksi rangkaian yang sudah
dibuang bebannya itu hingga menyisakan sebuah sumber yang tersusun seri dengan
sebuah resistor. Kemudian resistansi beban yang telah dibuang tadi disambung
ulang ke rangkaian yang telah terduksi. Maka rangkaian ini disebut rangkaian
ekivalen Thevenin. Rangkaian Thevenin ini ekivalen/sama dengan/ sudah mewakili
rangkaian yang asli.
Rangkaian Asli
Setelah menjadi rangkaian ekivalen Thevenin diubah
Rangkaian
ekivalen Thevenin adalah rangkaian ekivalen dari B1,
R1, R3, dan B2
yang “terlihat”dari dua titik dimana resistor beban (R2)
terhubung. Rangkaian ekivalen Thevenin, bila diturunkan dengan benar, akan
mempunyai sifat yang sama dengan rangkaian aslinya yang terdiri dari B1,
R1, R3, dan B2.
Dengan kata lain, resistor beban (R2) tegangan dan
arusnya haruslah sama dengan nilai R2 saat berada
pada rangkaian aslinya.
Keuntungan menggunakan konversi Thevenin adalah
untuk menyederhankan rangkaian, tentu saja agar nilai tegangan dan arus bisa
dihitung lebih mudah dari pada dihitung dengan rangkaian aslinya. Untuk
mendapatkan sumber tegangan dan resistor Thevenin adalah hal yang mudah.
Pertama-tama, pilih resistor bebannya dan “singkirkan” dari rangkaian aslinya.
Selanjutnya, tegangan di antara dua titik yang ditempati oleh resistor beban
tadi dihitung nilainya. Gunakan analisa apa saja untuk menghitung
tegangan ini. Untuk kasus ini, rangkaian yang telah dibuang resistor
bebannya ini hanyalah sebuah rangkaian seri, sehingga kita bisa menghitung
tegangan di terminal beban yang terbuka tadi dengan mudah
Baterai
B1 dan B2 tersusun
seri, bisa digantikan dengan sumber tegangan tunggal yaitu E = 28 – 7 V = 21 V.
Dengan
pembagi tegangan VR3 = (21 V) × (1 Ω / 1 Ω + 4 Ω) =
4.2 V, tegangan terminal terbuka ini paralel dengan B2
yang seri dengan R3, maka Vthevenin = VR3
+ B2 = 4.2 V + 7 V = 11.2 V
11.2 V adalah nilai tegangan
thevenin pada rangkaian ekivalen seperti :
Selanjutnya,
untuk menghitung resistansi seri (Rthevenin), kita
kembali ke rangkaian asli (tanpa resistor beban), “singkirkan” sumber-sumber
nya (sama seperti aturan pada teorema Superposisi : sumber tegangan di short
circuit dan sumber arus di open circuit), berarti rangkaian tersebut hanya
menyisakan resistor-resistor saja, lalu hitung resistansi penggantinya. Dengan
dibuangnya kedua baterai, total resistansi yang terukur adalah
Rthevenin = R1
|| R3 = 4 Ω || 1 Ω
= 0.8 Ω
Setelah mendapatkan tegangan thevenin dan
resistansi thevenin, maka rangkaian pengganti Theveninnya adalah
Rangkaian pengganti ini terhubung dengan resistor
beban (2 Ω) , kita dapat menghitung tegangan dan arus resistor beban ini.
Perhitungan menjadi mudah, karena sekarang rangkaian sudah menjadi rangkaian
seri yang sederhana.
Itotal
= Ibeban = Ethevenin
/ Rthevenin + Rbeban
= 11.2 V / (0.8 Ω + 2 Ω)
= 4 A
Vbeban
= Itotal × Rbeban = (4
A) (2 Ω)
= 8 V
Perhatikan
bahwa nilai tegangan dan arus R2 (8 V, dan 4 A)
adalah identik apabila anda menghitungnya dengan menggunakan metode analisa
yang lainnya. Tapi, keuntungan teorema ini adalah anda dapat dengan cepat
menghitung arus dan tegangan apabila nilai resistor beban ini berubah, jadi
anda dapt langsung menghitungnya tanpa menganalisa rangkaian secara menyeluruh.
Soal-soal
contoh di atas adalah rangkaian yang berisi sumber independen. Namun pada
gambar 3-28, rangkaian yang kita analisa mengandung sumber dependen. Kita ingin
merubah rangkaian tersebut menjadi rangkaian ekivalen Theveninnya. untuk
menentukan vTh (selanjutnya kita sebut vTh
= voc , OC singkatan dari open circuit) , kita
perhatikan bahwa vx = voc,
dan arus yang dihasilkan dari dependen source mau tidak mau harus
mengalir melewati resistor 2 kΩ karena arus tidak bisa mengalir ke arah
kanan (rangkaian yang kanan open). Dengan menerapkan KVL terhadap loop yang
terluar, kita dapatkan
-4 + 2 × 103 (-vx /
4000) + 3 × 103 (0) + vx = 0
diperoleh
vx = voc
= 8 V (ini adalah nilai vTh)
Dengan
menggunakan teorema Thevenin, rangkaian ekivalennya dapat dibentuk dari
rangkaian yang telah dimatikan sumbernya (sumber tegangan independen 4V
dishort) seri dengan sumber tegangan 8V, seperti ditunjukkan gambar 3-28 b.
Rangkaian ini sudah benar, tetapi pada rangkaian linier, rangkaian ini masih
belum sederhana. Kita masih harus menentukan RTh.
Maka untuk mendapatkannya kita harus mencari nilai isc
(sc singkatan dari short circuit).
Caranya
adalah dengan membuat short terminal yang terbuka di sebelah kanan pada gambar
rangkaian 3-28 a, jadi nilai vx = 0 sehingga sumber
arus dependen ini nilainya juga nol (open circuit). Maka nilai isc
= 4 / (5×103) = 0.8 mA. Sehingga RTh = voc/isc
= 8 V / (0.8 mA) = 10 kΩ, dan rangkaian ekivalen Theveninnya ditunjukkan pada
gambar 3-28 c.
Contoh
rangkaian berikutnya lebih sulit. Pada gambar 3-29 a rangkaian yang akan
dianalisa hanya mengandung sumber dependen (tidak ada sumber independen) .
Sehingga rangkaian ini sudah dalam kondisi mati (tidak ada sumber lagi yang
bisa dimatikan, ingat bahwa sumber dependen tidak dapat dimatikan) dan nilai voc
= 0.
Jadi, kita harus
menentukan nilai RTh. Pada contoh sebelumnya, RTh
dapat dihitung dari hasil pembagian voc dengan isc
(hukum Ohm). Namun, untuk kasus rangakaian ini, nilai voc
dan isc nya sudah jelas adalah nol karena tidak ada
sumber independen. Maka kita harus melakukan suatu trik. Kita menggunakan
sumber arus eksternal sebesar 1 A. Kemudian hitung nilai tegangan v pada sumber
arus eksternal ini seperti ditunjukkan pada gambar 3-29 b. Pada gambar itu kita
lihat i = -1. Nilai v pada gambar 3-29 b dapat dihitung (pakai KCL)
(v – (1.5) (-1)) / 3) + (v/2) = 1
diperoleh v =
0.6 V
Sehingga
RTh dapat dihitung dengan cara RTh
= v / sumber arus eksternal = 0.6 V / 1 A = 0.6 Ω. Jadi kita peroleh rangkaian
ekivalen Theveninnya seperti pada gambar 3-29 c. perhatikan bahwa rangkaian itu
tidak memiliki sumber tegangan (vTh) alias vTh
= 0.
Catatan
Praktek:
Sebuah baterai (misal baterai
ukuran D) dapat direpresentasikan sebagai rangkaian ekivalen Thevenin seperti
ditunjukkan gambar berikut ini.
Tegangan
Thevenin (ETH) menunjukkan tegangan open circuit
(tidak berbeban) dari baterai, sedangkan resistansi Thevenin (RTH)
adalah resistansi internal dari baterai. Ketika resistansi beban dihubungkan
pada terminal baterai, tegangan Vab akan berkurang karena terjadi drop tegangan
pada resistansi internal baterai. Dengan melakukan dua pengukuran, kita dapat
menentukan rangkaian ekivalen thevenin dari baterai.
Ketika
terminal baterai tidak dibebani, tegangan terminalnya haruslah Vab
= 1.493 V. Ketika resistansi beban , RL = 10.6 Ω
dihubungkan pada terminal baterai, tegangan yang terukur menjadi Vab
= 1.430 V. Maka, dari dua pengukuran tegangan ini (saat tanpa beban dan saat
diberi beban) dapat ditentukan nilai resistansi internal dari baterai. Hasil
pengukuran tegangan Saat tidak dibebani, berarti ini adalah nilai tegangan
Thevenin
ETH
= 1.493 V
Saat diberi
beban, tegangan yang terukur menjadi 1.430 V. Maka nilai arus pada rangkaian
tersebut
VRL
= 1.430 V
I
= VRL / RL = 1.430 V /
10.6 Ω
= 0.135 A
Drop tegangan
pada resistansi internal baterai adalah
VRTH
= 1.493 V – 1.430 V = 0.063 V,
maka resistansi
internal baterai (atau resistansi Thevenin) adalah
RTH
= VRTH / I = 0.063 V / 0.135 A = 0.467 Ω.
RANGKAIAN NORTON
Rangkaian norton
adalah rangkaian dengan sumber arus, besar sumber arusnya adalah
In = R. Vt
In = R. Vt
In = I Norton
R = resistansi
Untuk bisa lebih jelas lagi,
mungkin bisa dilihat simulasi yang saya lakukan di software electronic work
bench dibawah ini:
Misal saya punya rangkaian seperti pada gambar
diatas, perhatikan pula lingkaran merah yang saya gambar, didalam lingkaran
merah tersebut adalah rangkaian thevenin dimana sebuah sumber tegangan disusun
seri dengan sebuah resistor. Apabila saya ingin mengubah rangkaian thevenin
tersebut menjadi rangkaian Norton, maka besar sumber arus nortonnya adalah
In
= Vt / R
In
= 12 / 2
In
= 6 A
Perhatikan multimeter yang mengukur besar tegangan
pada hambatan 1 ohm pada rangkaian atas dan bawah. kedua duanya menunjukan
angka 4 V. Jelas terbukti bukan bahwa rangkaian thevenin dan rangkaian norton
adalah ekuivalen.
Rangkaian thevenin dan
rangkaian norton adalah equal. Inti dari transformasi thevenin dan norton
adalah kita dapat mengubah rangkaian thevenin menjadi norton atau sebaliknya
norton menjadi thevenin tanpa harus khawatir perubahan itu akan mengacaukan
rangkaian. transformasi norton - thevenin sangat berguna untuk analisis nodal
dan analisis mesh dimana kedua analisis tersebut akan menjadi sangat mudah bila
dalam rangkaian hanya ada sumber tegangan saja atau sumber arus saja.
Pada teorema ini berlaku :
Suatu rangkaian listrik dapat
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang
dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan/impedansi ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Tujuan
teori Norton adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat
rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan
ekivalennya.
Langkah-langkah penyelesaian dengan teori Norton.
- Cari dan tentukan titik terminal A-B dimana parameter yang ditanyakan.
- Lepaskan komponen pada titik A-B tersebut, short circuit kan pada terminal A-B kemudian hitung nilai arus yang mengalir dititik A-B tersebut (IAB = Isc = IN).
- Tentukan nilai tahanan diukur pada titik A-B tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan diganti dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus diganti dengan rangkaian open circuit) (RAB = RN = Rth).
- Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
Teorema Norton
Teorema Norton menyatakan bahwa
dimungkinkan untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang linier, tidak peduli
seberapa kompleks rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian ekivalen yang terdiri
dari sebuah sumber arus yang disusun paralel dengan sebuah resistansi yang
biasanya dihubungkan juga ke beban. Seperti pada teorema Thevenin, kualifikasi
“linier” disini identik dengan yang ditemukan pada Teorema Superposisi : semua
persamaan harus linier (tidak mengandung perpangkatan atau akar).
Misalkan ada
rangkaian seperti pada gambar berikut ini:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image050.jpg)
Setelah konversi Norton
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image052.jpg)
Sebuah
sumber arus adalah sebuah komponen yang kerjanya untuk menyediakan arus yang
nilainya konstan, seberapapun tegangan yang diperlukan beban, sumber arus yang
ideal akan tetap menyuplai arus yang konstan.
Seperti
pada teorema thevenin, semua yang ada pada rangkaian asli kecuali resistansi beban
disederhanakan dan di reduksi menjadi suatu rangkaian yang ekivalen yang lebih
sederhana untuk di analisa. Juga sama seperti teorema Thevenin, cara
untuk mendapatkan rangkaian pengganti Norton harus menghitung nilai arus Norton
(INorton) dan resistansi nortonnya (RNorton).
Sama seperti sebelumnya, langkah pertama adalah mengidentifikasi resistansi
beban dan menyingkirkannya dari rangkaian asli:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image054.jpg)
Kemudian, untuk menghitung nilai arus Norton
(sebagai sumber arus pada rangkaian ekivalen Nortonnya), ubah terminal terbuka
yang ditempati resistansi beban tadi dengan hubung singkat (short circuit)
sedangkan pada teorema Thevenin tadi, terminal resistansi beban dibuat open
circuit. Memperoleh rangkaian seperti pada gambar ini:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image056.jpg)
Maka sumber arus Nortonnya adalah
14 A.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image058.jpg)
Untuk menghitung
resistansi Nortonnya (RNorton), kita melakukan hal
yang sama saat menghitung resistansi Thevenin :
Ø
Dari rangkaian yang asli (tanpa resistor beban),
Ø
Singkirkan/matikan semua beban (dengan aturan
yang sama seperti Teorema Superposisi : sumber tegangan diganti short circuit
sedangkan sumber arus: open circuit)
Ø
Hitung resistansi yang ‘terlihat’ dari
titik-titik yang ditempati resistansi beban.
Setelah sumber-sumbernya dimatikan, maka resistor R1
dan R3 akan tampak tersusun paralel bila dilihat
dari tempat resistansi beban. Maka resistansi Norton dapat dihitung
= 4 Ω || 1 Ω
= 0.8 Ω
Rangkaian
ekivalen Nortonnya yang dihubungkan juga dengan resistansi beban (R2)
tampak seperti pada gambar berikut ini:
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image062.jpg)
Jadi untuk menghitung arus dan tegangan resistor beban (R2).
IR2 = INorton
× (RNorton) / (RNorton
+ R2)
= 14 ×
(0.8) / (2 + 0.8)
= 4 A
VR2 = IR2
× R2
= (4 A) (2
Ω) = 8 V
Sama
seperti pada rangkaian ekivalen Thevenin, kita hanya bisa memperoleh informasi
dari analisa ini yaitu tegangan adan arus dari R2.
Namun perhitungan ini lebih sederhana, apabila resistor beban ini berubah-ubah
nilainya. Jadi kita tidak perlu menganalisa rangkaian secara keseluruhan
apabila resistansi bebannya berubah.
Ekivalensi (Kesamaan) Thevenin-Norton
Karena teorema Thevenin dan Norton adalah metode
yang sama dalam mereduksi rangkaian yang kompleks menjadi rangkaian yang lebih
sederhana, maka ada suatu cara untuk mengkonversikan rangkaian ekivalen
Thevenin menjadi rangkaian ekivalen Norton, begitu pula sebaliknya.
Prosedur
untuk menghitung resistansi Thevenin adalah sama dengan prosedur untuk
menghitung resistansi Norton:
q
Matikan semua sumber dan hitung resistansi yang
terlihat dari titik beban yang terbuka. Seperti pada contoh sebelumnya,
resistansi Norton dan thevenin memiliki nilai yang sama.
Dari kedua
contoh soal sebelumnya, diketahui bahwa
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image064.jpg)
Rthevenin
= RNorton = 0.8 Ω
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image066.jpg)
Berdasarkan fakta ini, rangkaian ekivalen kedua
teorema sama-sama terdiri dari sebuah sumber tunggal yang dirangkai dengan
resistansi tunggal. Hal ini berarti baik itu teorema Thevenin maupun Norton
memiliki rangkaian ekivalensi yang harusnya bisa memproduksi tegangan yang
nilainya sama pada terminal yang terbuka (tanpa terhubung dengan beban).
Jadi, tegangan Thevenin sama dengan arus Norton dikalikan dengan resistansi:
Ethevenin
= INorton RNorton
Jadi,
apabila kita ingin mengubah rangkaian ekivalen Norton menjadi rangkaian
ekivalen Thevenin, kita bisa menggunakan resistansi yang sama dan menghitung
sumber tegangan Thevenin dengan hukum Ohm).
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image068.jpg)
Begitu
juga sebaliknya, apabila kita ingin mengubah rangkaian ekivalen Thevenin
menjadi rangkaian ekivalen Norton, kita bisa menggunakan hukum Ohm untuk
menghitung nilai arus Nortonnya:
INorton = Ethvenin / Rthevenin
Teorema transfer daya Maksimum
Pada
suatu penguat (amplifier) dan kebanyakan rangkaian komunikasi seperti pada
receiver radio dan transmitter, seringkali kita menginginkan beban pada
rangkaian itu menerima daya yang maksimum dari sumbernya.
Teorema transfer
daya maksimum menyatakan bahwa:
Sebuah resistansi beban akan menerima daya
maksimum dari suatu rangkaian ketika nilai resistansi beban itu tepat sama
dengan resistansi Thevenin (Norton) terlihat dari rangkaian itu.
Pembuktian
dari teorema transfer daya maksimum dapat dihitung dari rangkaian ekivalen
Thevenin dan menggunakan beberapa teknik perhitungan kalkulus.
Gambar C-1 ini
menunjukkan rangkaian ekivalen Thevenin (DC)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image070.jpg)
Pada
gambar di atas, nilai-nilai dari ETh dan RTh
adalah konstan. Oleh karena itu, daya yang ditransfer ke beban dapat dihitung
sebagai fungsi persamaan resistansi beban seperti berikut ini
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image071.jpg)
Sesuai
dalil yang anda dapatkan pada pelajaran kalkulus, daya maksimum yang
dikirim ke beban saat turunan pertama dari persamaan diatas sama dengan nol,
dPL
¾¾
= 0
dRL
Memakai
aturan turunan untuk operasi pembagian, kita dapat menurunkan/mendiferensialkan
dari persamaan daya diatas diturunkan terhadap resistansi beban,
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image072.jpg)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image074.jpg)
Karena
turunan pertama harus sama dengan nol, maka penyebut dari persamaan di atas
akan sama dengan nol (kalikan silang), dan karena ETh
adalah konstan, kita dapatkan
(RL
+ RTh) 2 – 2RL (RL
+ RTh) = 0
Diuraikan
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image076.jpg)
Dari
pembuktian di atas, diketahui bahwa daya yang dikirim ke beban akan maksimum
apabila resistansi dari beban itu besarnya sama dengan resistansi Thevenin (RL
= RTh).
Gambar 9-45 (a)
Gambar
9-45 (b)
Dari
gambar 9-45, kita lihat bahwa suatu rangkaian yang telah disederhanakan
menggunakan baik itu teorema Thevenin ataupun Norton, daya maksimum yang
ditransfer terjadi saat
RL
= RTh = RN
Mengacu pada
gambar 9-45, persamaan untuk menghitung transfer daya ke beban adalah
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image081.jpg)
Disederhanakan
menjadi
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image082.jpg)
Dengan cara yang
sama untuk rangkaian ekivalen Norton
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image083.jpg)
Pada
saat kondisi daya maksimum (RL = RTh
= RN), disubsitusikan pada persamaan di atas,
meghasilkan persamaan untuk menghitung transfer daya maksimum
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image084.jpg)
Contoh :
1.
Untuk rangkaian pada gambar dibawah ini, gambar grafik
dari VL, IL, dan PL
sebagai fungsi dari RL.
Kita
harus menghitung dan memasukkannya ke dalam tabel dari berbagai nilai
resistansi, RL. Nilai tegangan dan arus dapat
dihitung dengan menggunakan aturan pembagi tegangan dan hukum Ohm. Daya PL
untuk masing-masing resistansi dihitung dengan rumus PL
= VL
IL,
atau dengan memakai persamaan 9-4.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image087.jpg)
Dari data pada tabel di atas,
dapat digambar plot pada grafik, dan hasilnya ditunjukkan pada gambar-gambar
dibawah ini.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image089.jpg)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image091.jpg)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image093.jpg)
Perhatikan
grafik-grafik tersebut, walaupun tegangan pada beban meningkat karena
meningkatnya nilai RL, namun daya yang dikirim ke
beban akan maksimum saat RL = RTh
= 5 Ω. Alasannya: apabila nilai RL meningkat, maka
arus yang mengaliri beban itu semakin kecil tetapi tegangan naik
mengikuti nilai resistansi. Karena daya adalah hasil perkalian dari arus dan
tegangan, maka dicari kombinasi perkalian dari tegangan dengan arus yang
menghasilkan nilai (daya) maksimum.
Berdasarkan gambar rangkaian di
bawah ini
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image095.jpg)
- Hitunglah nilai dari resistansi beban yang dibutuhkan agar daya yang dikirim ke beban menjadi maksimum.
- Hitung VL, IL, dan PL saat daya yang dikirim ke beban maksimum.
Untuk menentukan
kondisi pengiriman daya maksimum,
- langkah pertama adalah menentukan rangkaian ekivalen Thevenin/Norton terhadap beban. Misal kita pilih menggunakan rangkaian ekivalen Thevenin. (Perhatikan bahwa nilai RL ini adalah dapat berubah-ubah dari 0 hingga 5kΩ, dalam dunia nyata, komponen ini disebut resistor variabel)
- Langkah 1,2, dan 3: Setelah kita memindahkan resistor beban dari rangkaian asli, kita buat tegangannya nol (untuk sumber tegangan diganti short circuit, untuk sumber arus diganti open circuit), kita akan mendaptkan rangkaian seperti ini.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image096.jpg)
- Langkah 4 : Resistansi Thevenin dari rangkaian itu adalah
RTh = 6 kΩ || 2kΩ
= 1.5 kΩ
- Langkah 5: Selanjutnya adalah menghitung tegangan pada terminal tempat resistor beban (yang sudah dipindahkan). Anda bisa menggunakan beberapa analisa (seperti node, mesh, dsb) Tapi di sini kita akan memilih menggunakan teorema Superposisi untuk menghitung tegangan Vab.
Gambar berikut ini adalah
rangkaian saat sumber tegangan yang 15 V saja yang bekerja (sumber arusnya
dimatikan dengan cara di open circuit).
Vab(1) = (15 V) × (2 kΩ) / (2kΩ + 6kΩ)
= +3.75 V
Gambar berikut ini adalah rangkaian saat sumber 5mA
saja yang bekerja (sekarang giliran sumber tegangan yang dimatikan dengan cara
diganti short circuit)
Vab(2) = (5 mA) [ (2kΩ)
(6kΩ) / (2kΩ+6kΩ) ] = +7.5 V
Maka nilai
tegangan Theveninnya adalah
ETh
= Vab(1) + Vab(2)=
+3.75 V + 7.5 V = 11.25 V
Rangkaian
pengganti Theveninnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Daya
yang dikirim ke beban akan maksimum saat nilai RL =
RTh = 1.5 kΩ
kita pilih RL
= 1.5 kΩ, maka kita akan lihat bahwa saat memilih RL
= 1.5 kΩ ini, tegangan pada resistansi Thevenin (RTh)menjadi
setengah dari tegangan thevenin (ETh), dan tegangan
pada resistor beban (RL) juga setengah dari
teganagn Thevenin . Jadi, pada saat daya maksimum
VL
= ETh / 2 = 11.25 V / 2 = 5.625 V
IL
= 5.625 V / 1.5 kΩ = 3.750 mA
Daya yang
dikirim ke beban dapat dihitung
PL
= V2L / RL = (5.625 V)2
/ 1.5 kΩ = 21.1 mW
Atau daya juga
dapat dihitung dengan cara
PL
= I2L RL =
(3.75 mA)2 (1.5 kΩ) = 21.1 mW
Sebagaimana kita
ketahui, efisiensi adalah rasio dari daya output terhadap daya input:
η
= Pout / Pin
Atau dalam
bentuk persentase
η
= (100%) × (Pout / Pin)
Dengan
menggunakan teorema transfer daya maksimum, kita lihat bahwa saat kondisi daya
maksimum, efisiensi dari rangkaian itu adalah
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image102.jpg)
Dalam rangakain telekomunikasi dan pada banyak
rangkaian penguat (amplifier), 50% adalah presentase efisiensi maksimum
yang mungkin untuk dicapai. pada level efisiensi ini, tegangan yang akan muncul
bernilai setengah dari tegangan terminal maksimumnya.
Pada
transmisi daya seperti 115 Vac, 60 Hz seperti sistem listrik yang digunakan di
rumah, kondisi daya maksimum tidaklah diperlukan (bahkan harus dihindari karena
efisiensi maksimumnya cuma 50%). Pad kondisi transfer daya maksimum,
tegangan pada bebannya akan berkurang menjadi setengah dari tegangan terminal
yang ada.
Jelasnya,
kalau kita menggunakan power supply (catu daya) yang digunakan pada peralatan
listrik di rumah kita, kita harus membuat efisiensi sebisa mungkin mendekati
100%. Pada kondisi itu, resistansi RL dibuat lebih
besar dari pada resistansi internal dari sumber tegangan (biasanya RL
≥ 10 Rint), meyakinkan bahwa tegangan yang tampak
pada beban akan sangat mendekati tegangan maksimum pada terminal dari sumber
tegangan.
Contoh :
Mengilustrasikan bagaimana power suply dibuat agar
efisiensinya maksimum. Gambar dibawah ini adalah rangkaian yang
merepresentasikan sebuah power suply dc yang umum.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image103.jpg)
- tentukan nilai RL yang dibutuhkan agar transfer dayanya maksimum
- hitung tegangan terminal VL dan efisiensinya saat nilai resistor RL = 50 Ω
- hitunglah tegangan terminal VL dan efisiensinya saat nilai resistor beban RL = 100 Ω
Penyelesaian:
Agar transfer
dayanya maksimum, resistor beban seharusnya RL =
0.05 Ω. Pada nilai resistansi ini, efisiensinya hanya 50%.
Untuk nilai RL
= 50 Ω, tegangan yang tampak pada terminal output dari sumber tegangan itu
adalah
VL
= (9 V) (50Ω) / (50 Ω + 0.05 Ω) = 8.99 V
Maka
efisiensinya adalah
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image105.jpg)
- Untuk nilai RL = 100 Ω, tegangan yang tampak pada terminal dari sumber tegangan adalah
VL = (9 V) (100 Ω) / (100 Ω +
0.05 Ω) = 8.99550 V
Dan efisiensinya
adalah
![](file:///C:/DOCUME%7E1/Atha/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image107.jpg)
Dari
contoh di atas, kita lihat bahwa efisiensi adalah hal yang penting, begitu juga
pada sistem transmisi daya, resistansi bebannya harus jauh lebih besar dari
pada resistansi internal dari sumber tegangannya (niasanya RL
≥ 10 Rint). Tetapi, untuk menghasilkan
transfer daya yang maksimum (bukan efisiensinya yang maksimum) kita harus
membuat nilai resistansi beban sama dengan resistansi internal dari sumber
tegangan itu (RL = Rint)
Setara
Norton digunakan untuk mewakili setiap jaringan sumber linier dan impedansi,
dengan diberikan frekuensi. Sirkuit yang terdiri dari sumber arus ideal secara
paralel dengan impedansi yang ideal (atau resistor untuk tidak reaktif
sirkuit).
Setiap kotak hitam yang berisi sumber tegangan
saja, sumber arus, dan resistor lainnya dapat diubah menjadi rangkaian
ekuivalen Norton, yang terdiri dari tepat satu sumber arus ideal dan satu
resistor.
Teorema Norton adalah
perluasan dari teorema Thevenin dan diperkenalkan pada tahun 1926 secara
terpisah oleh dua orang: Siemens & Halske peneliti Hans Ferdinand Mayer
(1895-1980) dan Bell Labs insinyur Edward Norton Lawry (1898-1983). Rangkaian
setara Norton adalah sumber arus dengan arus I No secara paralel
dengan resistansi R No. Untuk menemukan setara,
- Tentukan arus Norton I No. Hitung arus keluaran, current AB, dengan hubungan pendek sebagai beban (berarti 0 perlawanan antara A dan B). This is I No . Ini adalah I No.
- Cari resistansi R Norton No. Bila tidak ada sumber bergantung (semua sumber arus dan tegangan independen), ada dua metode penentuan Norton impedansi Tidak ada R.
·
Hitung
tegangan output, V AB, ketika di sirkuit
terbuka kondisi (tidak ada resistor beban - yang berarti resistansi beban tak
terbatas). R Tidak sama ini AB V dibagi I No.
atau
·
Ganti
sumber tegangan independen dengan sirkuit pendek dan sumber arus independen
dengan sirkuit terbuka. Resistansi total seluruh output port adalah Norton
impedansi R No.
Hal ini setara dengan menghitung resistansi
Thevenin. Namun, bila ada sumber tergantung, metode yang lebih umum harus
digunakan. Metode ini tidak ditampilkan di
bawah ini di diagram. Menghubungkan sumber arus konstan pada terminal output
dari sirkuit dengan nilai 1 Ampere dan menghitung tegangan pada terminal. Ini
tegangan dibagi dengan arus 1 A adalah Norton impedansi R No.
Metode ini harus digunakan jika rangkaian berisi sumber tergantung, tetapi
dapat digunakan dalam semua kasus bahkan ketika tidak ada sumber tergantung.
contoh soal gambar rangkaiannya g ada y???
BalasHapusTerimakasih ilmunya, sangat bermanfaat dan membantu :D
BalasHapusgambarnya kok ga muncul kenapa ya?
BalasHapusmerit casino no deposit bonus codes 2021
BalasHapusEstablished in 1997, this casino offers no deposit bonuses and free spins. Sign up to 메리트카지노 claim your bonus and claim your no deposit worrione bonus 1xbet right here at
Best Online Casino site for USA players: no deposit bonus
BalasHapusHow to play casino sites in luckyclub USA · No deposit casino bonus · The first thing you need to know about the best no deposit bonus sites · PayPal · Deposit